Akibat penggunaan alat bantu bisnis digital yang begitu cepat, mulai dari titik penjualan, solusi akuntansi dan CRM, hingga media sosial dan analitik, bisnis kini dibanjiri dengan data bisnis internal. Namun, nilai wawasan yang tersembunyi dalam data ini sungguh tidak terbantahkan, seperti proyeksi penjualan dan arus kas, analisis sentimen pelanggan, serta efektivitas pemasaran. Dengan meningkatnya persaingan dan gangguan digital yang memengaruhi semua industri, pemilik bisnis harus meraih semua keunggulan kompetitif yang tersedia bagi mereka.
Namun, masalah utamanya adalah penciptaan pandangan terkonsolidasi dari semua data perusahaan ini, serta cara mendapatkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti sedekat mungkin pada waktu nyata. Sebagai tanggapan, institusi keuangan dan perusahaan seperti Visa berupaya membantu bisnis memahami data agar mereka menjadi lebih kompetitif dan sukses.
“Melalui peran Visa sebagai bisnis jaringan, kami memiliki tanggung jawab bermitra dengan perusahaan di dalam industri yang memberikan nilai kepada pengguna akhir,” jelas Anthony Jones, Kepala Solusi Bisnis untuk Australia dan Selandia Baru di Visa. “Salah satu cara kami melakukannya adalah dengan menghubungkan bank dan mitra teknologi industri keuangan, karena keduanya memiliki sesuatu untuk ditawarkan kepada pihak lainnya: bank membawa merek besar dan ternama, sementara teknologi industri keuangan tidak perlu memperhitungkan infrastruktur tradisional sehingga dapat bergerak dengan cepat. Kami berfokus pada pembuatan standar industri yang tepat untuk memungkinkan pembayaran dilakukan pada perangkat dan saluran apa pun.”
Salah satu contoh kolaborasi erat dengan Visa adalah ASB Bank Selandia Baru, yang menciptakan Plus, aplikasi seluler gratis yang membantu pelanggan bisnis melakukan konsolidasi dan membuat visualisasi kinerja bisnisnya dari berbagai sumber. Sumbernya mencakup platform akuntansi online Xero, Google Analytics, titik penjualan Vend, dan e-commerce Shopify, yang memungkinkan perusahaan mengakses semua data ini dalam satu aplikasi pada perangkat selulernya, di mana saja dan kapan saja.
“Kami memahami pemilik bisnis menginginkan data, tetapi sangat penting bagi kami untuk memastikan bahwa merekalah yang menggunakannya,” jelas David Bell, General Manager ASB Business Ventures. “Banyak pemilik bisnis yang mendapatkan data, tetapi tidak menggunakannya. Mereka berkata, 'Itu menarik, tetapi saya tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan data tersebut’.”
Jadi, selain sekadar menggabungkan data, Plus juga menyediakan kecerdasan tambahan: potongan informasi pendek dan mudah dicerna yang menyarankan cara untuk meningkatkan operasi bisnis penggunanya. Misalnya, Plus dapat membantu mengelola faktur, menyarankan cara mengoptimalkan arus kas serta merekomendasikan pengaturan kartu kredit Visa terpisah untuk pengeluaran bisnis. Aplikasi tersebut bahkan dapat memberikan perbandingan tolok ukur antara efisiensi perusahaan pengguna versus bisnis kecil lainnya yang beroperasi di industri yang sama atau serupa.
Fitur kecerdasan tambahan Plus bukan hanya terbatas dalam aplikasi. “Kecerdasan buatan adalah topik hangat, tetapi yang kami dengar dari pelanggan adalah mereka tidak bisa sepenuhnya memercayainya,” kata Bell. “Mereka bukan hanya menginginkan pengalaman digital semata. Mereka membutuhkannya... tetapi semuanya mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin agar manusia dilibatkan pada waktu yang tepat.” Hasilnya, Plus juga akan menghubungan pemilik bisnis kepada penasihat ASB untuk memberi mereka wawasan yang disampaikan oleh manusia, tepat saat dibutuhkan.
Sejak diluncurkan pada akhir 2017, bisnis yang menggunakan Plus sudah merasakan adanya peningkatan arus kas dan efisiensi keuangan. Menurut statistik dari Xero, rata-rata faktur bisnis kecil di Selandia Baru dibayar dalam 34,4 hari, tetapi untuk bisnis yang menggunakan Plus serta Xero, jangka waktunya turun menjadi 31,9 hari. Bell menjelaskan mempersingkat waktu pembayaran adalah indikator penting dalam kesehatan perusahaan, terutama mengingat sekitar 48 persen usaha kecil di Selandia Baru mengalami kegagalan dalam lima tahun, dan kegagalan tersebut sebagian besar disebabkan karena masalah arus kas.
“Jika ingin menang di pasar yang sangat kompetitif, Anda benar-benar harus memanfaatkan data dalam bisnis Anda, dan harus melakukannya secara efisien,” kata Bell. “Ini seperti balap Formula One. Bayangkan sebuah bisnis bagaikan mobil dengan 80.000 suku cadang, dirakit oleh 2.000 pabrikan berbeda, bekerja sama dengan sebuah tim di lingkungan yang sangat terkendali dan pembalap yang melaju di lintasan. Perbedaan seperseribu detik dapat menjadikan Anda sebagai yang terdepan, baik dalam balapan atau bisnis, hal tersebut dapat dicapai dengan tingkat inovasi dan evolusi analisis data yang konstan.
“Teknologi menghilangkan tepi dan batasan bisnis, tetapi juga membuatnya lebih mudah dikalahkan. Akibatnya, bisnis harus menggunakan solusi yang akan membantu mereka beroperasi secara lebih efisien. Bagi yang tidak menggunaannya, mereka mungkin tidak merasakan dampaknya hari ini melainkan di masa mendatang.”